Kamu dan Kaki Pegal

Kedua kakiku sedang berada di tembok. Sejajar dengan tembok berwarna putih sembari ku ketik layar hape yang layarnya sudah tak retak lagi.

Semua lampu sudah padam, terdengar hanya suara kipas angin di beberapa bilik ruangan. Maklum, tempat kami tidak memakai pendingin ruangan. Tidak akan kupasang juga jika memungkinkan, yang ada adekku gak akan keluar dari ruangan.

Setelah menulis jurnal, meluapkan rasa rindu lewat tulisan di buku merah muda, mengerjakan tugas harian sebelum besok siang dinilai guru, aku memijat dua telapak kaki ku dengan minyak zaitun. Nikmatnya.. Nikmat lagi kalo yang mijit bukan tanganku sendiri whehe

Halo!

Apa kabar kamu? Dan bagaimana keseharianmu? Ada banyak yang ingin ku ceritakan padamu tentang hari kemarin dan hari ini. Tapi aku memutuskan untuk menuliskan di buku merah muda saja. Kelak jika kamu lah yang ditakdirkan Allah menemani hari-hariku sampai tua nanti, kamu akan membacanya hihiw

Oh ya, aku belum sempat menuliskan surat terbuka untuk kamu di tahun ini. Karna nyatanya, aku mampu mengucapkan secara langsung.. Eh nggak deng, via whatsapp tapi llangsung dibalas.., bukan lagi pesan tersirat sepertti beberapa tahun ini.

Kaki ku pegal, tanganku kesemutan, pikiranku sedang bercabang, dan kepalaku sedikit pening memikirkan keadaan. Kamu.., diem dulu aja ya di situ. Jangan bergerak, jangan datang, maupun pergi. Aku siap-siap dulu sebentar lagi. Kelak, aku akan berterima kasih karna kamu memilih untuk memberi jeda di antara semua ini. Terima kasih telah membolehkan aku untuk menuliskan tentangmu. Di kala aku senang, sedih, lelah, maupun sakit. Iya, sakit. Pas sakit aku masih sesekali nulis tentang kamu kok ehehe..

Tinggalkan komentar